Rumah Kontrakan Penuh Kenangan

  

Rumah Kontrakan Penuh Kenangan

Rumah Kontrakan Penuh Kenangan. Edisi mengenang rumah kontrakan yang penuh kenangan, penuh pembelajaran, dan penuh pengalaman. Ah apaan sih nis, rumah kontrakan aja pake dikenang ???Mungkin kedengarannya rada aneh ya, rumah kontrakan kok pake dikenang segala sih. Bukannya disimpen aja, pasti banyak momen susahnya tuh disitu.

Iya gak salah juga sih, emang di rumah kontrakan itu banyak momen susahnya, hahaha.. Tapi dimulai dari rumah kontrakan itulah saya belajar banyak hal, disitulah saya menyadari banyak hal yang tidak pernah terlintas dipikiran saya sebelumnya. Tapi ya gak full momen susah juga sih, ya layaknya roda kehidupan yang selalu berputar gitu ada kalanya susah, ada kalanya senang. Semua pernah saya alami dan saya jalani dengan ikhlas dan sabar, berharap suatu saat nanti Allah izinkan kami memiliki rumah sendiri. Amiinn

Sebenernya di tulisan kali ini saya sekedar pengen cerita mumpung ingatan masih bagus nih, ntar kalau udah pikun takutnya lupa sama cerita hidup sendiri, hahaha. Yah barangkali suatu saat melalui tulisan ini saya bisa mengenang kembali masa-masa penuh proses yang sangat berarti dalam hidup saya, atau mungkin nanti bisa saya dan ceritakan ke anak atau ke orang lain yang butuh motivasi. Ya pada intinya mengabadikan cerita gitu aja deh ya. 

Alhamdulillah Bisa Ngontrak

rumah kontrakan


Dalam hidup ini apapun yang Allah berikan wajib di syukuri, saya sangat bersyukur karena pada waktu itu tepatnya di awal bulan februari 2020 akhirnya suami saya bisa menyewa kontrakan untuk tempat tinggal kami. Kalau ada yang tanya ngontraknya di daerah mana? Kita ngontrak di Malang tepatnya di daerah sekitar bandara Abdurrahman Saleh. Sebelum punya anak kita sempat tinggal di kos pasutri, di Malang juga tapi gak lama karena Alhamdulillah saya hamil,  kemudian suami saya memutuskan mencari rumah kontrakan yang lebih layak untuk tempat tinggal kami.

Rumah kontrakan yang kami tempati bukan rumah mewah, hanya rumah sederhana yang terdiri dari satu kamar, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi. Biaya sewa kontrakan yang kami tempati pertahunnya 4 juta, itu kosongan ya belum termasuk air dan listrik.

Meski saat itu kondisi perekonomian kami belum stabil, tapi saya sangat senang karena akhirnya bisa tinggal di rumah kontrakan, bagi saya yang terpenting adalah kita bisa bersama-sama. Karena saya dan suami sering banget LDM, bahkan setelah melahirkan saya harus LDM sampai anak kami berusia 1 tahun. Rasanya ketika sudah menikah terus LDM itu sangat menyiksa, hari-hari terasa hampa dan tak berwarna. 

Hanya bisa berkomunikasi via WA dan Video Call saja rasanya aduh bener-bener tersiksa. Untuk itu satu hal yang patut saya syukuri meski belum punya rumah sendiri, tapi kebersamaan di dalam rumah kontrakan itu bagi saya adalah kebahagiaan yang tak ternilai dengan apapun.

Baca Juga: Ketika Rumah Tanggamu Diuji Bertubi-Tubi

Menjalankan Peran Dengan Maksimal

Di rumah kontrakan inilah saya belajar menjadi istri dan ibu sejati tanpa intervensi dari orang lain. Di rumah kontrakan ini saya belajar dan berusaha menjalankan peran saya dengan baik,  belajar memanage waktu supaya segala pekerjaan rumah dapat terselesaikan tepat waktu. 

Di kontrakan ini juga tempat saya latihan banyak hal, mulai dari latihan memasak, latihan ngurus anak sendiri, latihan ngurus rumah sendiri, ya pokoknya bener-bener mandiri deh. Masih tergambar jelas rutinitas harian yang saya kerjakan di rumah kontrakan. Rutinitas yang selalu sama setiap harinya, tak jarang membuat saya bosan. 

Awalnya saya masih bingung gimana caranya bagi waktu supaya semua pekerjaan bisa selesai sambil ngurus anak. Saat itu posisi saya juga bekerja sebagai freelance menulis di salah satu media, selain itu saya juga membuat konten untuk youtube. 

Setelah melewati hari demi hari saya mulai bisa dan terbiasa memanage waktu, saya yang biasanya bangun jam 05:30, mulai merubah kebiasaan jadi bangun paling lambat jam 05:00. Setelah shalat subuh saya langsung memulai aktivitas seperti berbelanja bahan yang akan di masak untuk sarapan, memasak, beberes rumah, memandikan anak, mencuci, nyetrika, menyediakan waktu untuk menulis atau untuk membuat konten dan berbagai pekerjaan lainnya yang saya kerjakan sendiri.

Gak hanya itu di rumah kontrakan saya dan suami juga belajar memahami karakter masing-masing setelah hadirnya buah hati, karena momen tinggal di rumah kontrakan bersama anak merupakan momen pertama bagi kami. 

Suami saya yang memang super sibuk dengan pekerjaannya, sehingga saya pun tak enak hati jika harus meminta tolong urusan anak atau urusan rumah pada beliau yang pulang kerja terkadang larut malam. Jika saya masih bisa mengerjakan sendiri, maka ya saya kerjakan saja tanpa mengharapkan bantuan dari suami. Kecuali urusan memasang gas dan beli air galon hahaha. 

Kalau urusan gas sebenernya bisa aja kalau udah kepepet, tapi kalau di rumah lagi ada suami ya saya minta tolong suami. Hehehe tapi kalau masalah galon udah diluar kemampuan saya ya, saya gak kuat mau angkat-angkat galon yang super berat.

Selama menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga, saya sadar ternyata menjadi istri dan ibu itu tidaklah mudah. Tanggung jawab yang mungkin terlihat sepele, namun ternyata sangat melelahkan. Gak hanya menguras tenaga, namun juga menguras pikiran dan mental. Tapi meski begitu ada rasa bangga dan banyak sekali kebahagiaan yang saya rasakan ketika berhasil menyelesaikannya. 

Bahagia ketika suami makan makanan yang saya masak, meskipun rasa masakan saya mungkin tidak seenak masakan ibu mertua. Bahagia ketika melihat anak lahap makan MPASI yang saya buatkan untuknya, bahagia ketika saya bisa membuat rumah menjadi bersih, dan masih banyak lagi kebahagiaan lain yang saya rasakan di rumah kontrakan itu.

Ya rumah kecil yang penuh memori, bagai mana mungkin saya bisa melupakannya. Disana saya benar-benar merasakan indahnya berumah tangga, meskipun kondisi perekonomian masih serba seadanya. Tapi nikmatnya keintiman di dalam rumah tangga benar-benar membuat saya bahagia. Sayangnya kami harus menyudahi memori indah itu, lantaran pekerjaan suami yang dipindah. 

Saat ini saya sedang menikmati indahnya hidup bersama ibu mertua, karena lokasi kerja suami yang tidak jauh dari rumah ibu nya. Yah apapun itu semua sudah menjadi ketentuan Allah, saya hanya menjalaninya saja. Meski apa yang saya jalani saat ini tidak seindah sebelumnya, tapi saya percaya ada hal penting yang akan saya dapatkan dari proses yang saya jalani saat ini. Saya yakin suatu saat hal penting itu akan saya rasakan manfaatnya. 

Baca Juga: Bangkit dari Titik Terendah dalam Hidup

Tetangga Rasa Saudara

Imam Syafi'i pernah berkata Merantaulah.. Kamu akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan). Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Itulah yang saya rasakan selama hidup di perantauan, awalnya saya berpikir bahwa hidup di perantauan yang jauh dari keluarga pasti sangat sulit. Kalau ada apa-apa, mau minta tolong sama siapa? Pikiran seperti itu sangat menakuti diri saya. Namun ternyata setelah menjalaninya, benar-benar Allah ganti. 

Hidup Merantau di rumah kontrakan siapa sangka saya dikelilingi orang-orang baik yang ramah dan Wellcome dengan pendatang. Tetangga sekitar kontrakan bagi saya sudah seperti keluarga, kita saling berbagi apapun yang kita punya, anak-anak kami saling bermain bersama, bahkan sampai saat ini komunikasi kita masih tetap terjaga, tak jarang pesan kerinduan selalu mereka sampaikan. Berharap jika suatu saat saya ke Malang, saya tetap menyempatkan diri untuk bersilaturahmi dengan mereka semua.

Mereka adalah bagian terpenting yang membuat hari-hari saya sebagai ibu rumah tangga terhindar dari kejenuhan, kehadiran mereka merupakan salah satu suport bagi saya yang selama 24 jam berada di rumah. Entah apa jadinya saya jika Allah tidak mentakdirkan saya bertetangga dengan orang-orang baik seperti mereka. Semoga suatu saat saya bisa mengunjungi mereka semua untuk melepas kerinduan yang sudah terpendam sejak lama. 

Penutup

Itulah sedikit cerita saya tentang rumah kontrakan yang penuh kenangan, kalau diceritakan secara detail mungkin tulisan ini akan sangat panjang. Terimakasih untuk teman-teman yang sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan saya, semoga saja apa yang saya tulis ini ada manfaatnya ya untuk teman-teman sekalian.
Rizky Annisa
Rizky Annisa Assalaamualaikum Hello every one, welcome to my personal blog. Sebelumnya kenalan dulu yuk, nama saya Rizky Annisa, orang-orang biasanya memanggil saya "Anis". Saya merupakan seorang istri sekaligus ibu dari dua jagoan kecil bernama Akbar dan Zehan. Blog ini merupakan media saya untuk sharing banyak hal, tentang dunia parenting, tentang pernikahan, sekedar curhatan dan lain sebagainya. Bagi saya, menulis merupakan aktivitas yang menyenangkan. Sebelum menulis di blog ini, saya terlebih dahulu merupakan Community Writer di salah satu media online yaitu IDN Times. Sampai saat ini saya masih menerbitkan karya saya di IDN Times. Namun pastinya sudah tidak seintens dulu, karena saat ini saya juga mengalola blog pribadi. Harapan saya semoga ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan saya ya. Wassalamualaikum

Posting Komentar untuk "Rumah Kontrakan Penuh Kenangan"