Pengalaman Melahirkan Anak Pertama, Normal Tapi Induksi

 

Pengalaman Melahirkan Anak Pertama, Normal Tapi Induksi

Pengalaman Melahirkan Anak Pertama, Normal Tapi Induksi 

Proses persalinan merupakan salah satu momen yang tak terlupakan bagi setiap mama termasuk saya. Apalagi momen melahirkan anak pertama yang kerap diselimuti perasaan campur aduk antara rasa takut, was-was, dan cemas. 

Saya rasa hal ini wajar ya bagi calon mama, saya juga merasakan perasaan yang tidak menentu menjelang persalinan. Tak bisa dipungkiri terkadang dalam diri sendiri muncul pertanyaan, seperti apa ya rasanya melahirkan? Sesakit apa ya melahirkan? Mampukah saya dengan rasa sakitnya? 

Bisakah saya merawat dan mendidik anak saya? Dan beragam pertanyaan lain yang secara otomatis muncul dalam diri sendiri tatkala hari persalinan semakin dekat. 

Nah catatan manis kali ini saya ingin berbagi cerita dan pengalaman pribadi saya saat melahirkan anak pertama. Saya berharap ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan saya. Simak terus ya, berikut ini cerita saya

Baca Juga: Cerita Kehamilan Pertama yang Tak Disangka

Bertekad untuk Melahirkan Normal

Persalinan pervaginam atau biasa disebut melahirkan normal memang sudah menjadi keinginan saya sejak awal, bahkan sebelum hamil saya sudah punya keinginan bahwa suatu saat kalau hamil saya ingin melahirkan secara normal.

Jadi ketika saya hamil trimester pertama, saya mempersiapkan diri saya baik secara fisik maupun mental untuk bisa melahirkan normal. Saya juga rajin berkonsultasi dengan bidan atau dokter. Berikut beberapa persiapan yang saya lakukan untuk bisa melahirkan normal:

  1. Persiapan Fisik dan Mental

Secara fisik saya benar-benar menyiapkan diri karena melahirkan pastinya membutuhkan tenaga ekstra jadi kondisi fisik harus dijaga dengan baik. Di trimester akhir saya sering berolahraga dan menerapkan apa yang sudah diarahkan bidan saat mengikuti senam hamil.

Penting banget ikut senam hamil ya moms, karena berdasarkan pengalaman saya ketika senam hamil kita gak hanya senam, tapi bidan juga banyak memberikan informasi seputar persalinan. Bagaimana cara mengejan yang benar, seperti apa posisi melahirkan, dan berbagai tips lainnya seputar melahirkan. Kita juga bisa sharing sesama bumil, jadi seru banget pastinya.

Kemudian secara mental, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa menjelang persalinan seringkali diselimuti perasaan was-was, nah menyikapi hal ini saya mengalihkan itu dengan berpikir positif supaya mental saya tetap kuat.

Saya selalu berpikir bahwa sesakit apapun melahirkan, saya yakin bahwa saya pasti mampu untuk melewati dan menghadapinya. Allah pasti akan berikan saya kekuatan untuk menghadapi sakitnya melahirkan, oranglain bisa pasti saya juga bisa. Pikiran-pikiran positif dalam diri sendiri bagi saya adalah senjata ampuh untuk menguatkan mental kita.


   2. Memilih dokter atau bidan yang prolahiran normal

Karena dari awal emang pengen banget bisa lahiran normal, maka saya memilih bidan untuk membimbing serta membantu proses kehamilan, kelahiran, hingga pasca lahiran. Kenapa di bidan? Karena setau saya banyak orang yang melahirkan normal di bidan, selagi bidan mampu menangani maka bidan akan melakukan yang terbaik. 

Kecuali jika terjadi masalah maka bidan akan merujuk pasiennya untuk ditangani oleh tenaga medis yang lebih ahli dibidangnya. Entah benar atau tidak ya moms, tapi itulah yang saya ketahui. Alhamdulillah saya dibimbing oleh bidan yang menurut saya sangat responsif dan informatif terhadap pasiennya. Bidan yang membimbing saya bernama bidan Titin, saya benar-benar di bimbing dengan sangat baik oleh beliau.

Masalah apapun yang saya hadapi selama kehamilan beliau selalu memberikan solusi, nasehat, beliau juga memotivasi saya untuk sabar dan tetap semangat melewati masa kehamilan yang cukup panjang.

Selain menjalankan pemeriksaan rutin setiap bulan ke bidan, saya juga melakukan USG. Nah kalau masalah USG saya dianjurkan untuk ke dokter atau rumah sakit, karena memang di bidan tempat saya periksa belum menyediakan alat USG.

    3. Menjaga berat badan bayi

Memasuki trimester akhir, bidan selalu mengingatkan saya untuk menjaga berat badan bayi agar tidak terlalu besar. Bahkan bidan pernah menyarankan saya untuk diet, supaya ketika lahir bayi tidak terlalu besar. Kenapa sih kalau bayinya besar?? Pastinya susah ya moms untuk mengejan. 

Selain itu jika berat badan bayi terlalu besar peluang untuk melahirkan normal akan semakin kecil. 
Untuk itu jika ukuran bayi sudah masuk kategori normal di usianya, alangkah baiknya moms di trimester akhir menjaga agar berat badan bayi agar tidak keluar dari batas normalnya.

Baca Juga: Pengalamanku Sembuhkan Demam Anak Secara Alami, Gak Perlu Galau Lagi

Meski Harus Diinduksi, Namun Saya Berhasil Melahirkan Normal

Meskipun pada akhirnya saya harus dirujuk ke rumah sakit karena air ketuban yang pecah duluan, setidaknya keinginan saya untuk bisa melahirkan normal akhirnya terwujud. Lho kenapa kok air ketuban bisa pecah duluan? 

Pertanyaan ini sudah saya tanyakan ke dokter, dokter mengatakan bahwa mungkin selama hamil saya terlalu banyak aktivitas. Dan prediksi dokter emang gak salah, karena jujur saya selama kehamilan banyak gerak. 

Bahkan karena suatu hal penting di kehamilan trimester akhir saya pernah melakukan perjalanan dari Jogja ke Malang, atau dari Malang ke Bali. Mungkin karena saya sering naik travel atau bus, jadi perut saya sering tergoncang. Sehingga pada saat akan melahirkan ketuban saya pecah duluan. 

  1. Bidan memberikan saya opsi

Awal mengeluarkan tanda akan melahirkan, saya langsung wa bidan untuk mengabarkan bahwa saya sudah mengeluarkan tanda, namun saat itu bidan menyarankan untuk menunggu sampai kontraksi teratur. Karena ada hal aneh yaitu ada sesuatu yang mengalir dari jalan lahir bukan darah ya, tapi air ketuban. 

Akhirnya saya wa bidan lagi dan bidan menganjurkan saya datang untuk menjalani proses pemeriksaan. Sesampainya di bidan saya langsung di periksa, hasilnya belum ada bukaan, tapi air ketuban saya sudah pecah. Disitu ada rasa takut dalam diri saya, namun saya mencoba untuk tetap tenang dan berpikir positif. 

Gak lama kemudian bidan mendatangi saya dan menyampaikan karena air ketuban sudah pecah duluan, bidan memberikan dua opsi:

Pertama saya bisa melahirkan di bidan tapi bidan tidak bisa memastikan kapan akan lahirnya, bisa hari itu juga atau besoknya. Karena saat itu saya belum ada bukaan. 
Opsi kedua kalau ingin cepat melahirkan, maka saya akan dirujuk ke rumah sakit untuk mendapat penanganan. Bidan juga bilang bahwa di rumah sakit saya akan diinduksi untuk mempercepat proses kelahiran. 

Saat itu saya bingung, karena gak tau harus bagaimana, akhirnya saya mengajak keluarga untuk berunding. Setelah itu, keluarga sepakat untuk membawa saya ke rumah sakit. 

     2. Pergi ke rumah sakit

Dengan perasaan galau saya diantar menggunakan mobil ambulans ke rumah sakit yang dirujuk, dalam perjalanan saya tak henti berdoa supaya segala prosesnya diberikan kemudahan. Meski ada rasa takut, namun saya tetap berusaha untuk yakin bahwa bagaimanapun prosesnya saya yakin Allah akan menolong saya. 

Saya pasti bisa dan saya pasti mampu untuk melewati nya. 
Yang tanya suami saya kemana? Beliau dalam perjalanan dari Malang ke Bali, dan saya hanya berharap sebelum anak kami lahir, beliau sudah sampai di lokasi. 

    3. Minum obat induksi 

Sesampainya di rumah sakit, saya langsung di bawa ke ruang bersalin, dan pemandangan ruang bersalin cukup membuat jantung saya dag Dig dug. Bagai mana tidak, di ruang bersalin sudah terpampang dengan jelas berbagai macam alat yang dibutuhkan untuk menangani pasien. 

Saya dianjurkan untuk berbaring dan tidak berjalan, mengingat air ketuban yang otomatis akan rembes kalau saya berjalan. Terus kalau pengen pipis gimana? Ya tetep boleh, artinya saya berjalan hanya untuk kebutuhan mendesak, kalau tidak mendesak ya saya harus tetap berbaring. 

Gak lama kemudian, ada suster yang menghampiri saya untuk mengisi data diri, setelah itu ada suster lagi yang masuk membawa obat dan segelas air. Dalam hati saya yakin ini adalah obat induksinya. Suster benar" memastikan bahwa saya sudah meminum obatnya, sampai-sampai susternya gak mau pergi sebelum saya minum obatnya. Oke setelah minum obat induksi saya mulai merasakan kontraksi.


  4. Menikmati sakitnya bukaan

Awal kontraksi sakitnya masih biasa, saya masih bisa ngobrol bersama ibu saya. Namun tiba-tiba ada suster yang masuk ke ruangan saya untuk mengecek kondisi saya, tapi gak lama kemudian ada suster lagi yang masuk ke ruangan saya sambil membawa obat, tanpa banyak tanya obat yang dibawa langsung saya minum, setelah itu baru deh berasa sakit banget. 

Seperti apa sakitnya sakitnya perlahan dimulai seperti sakit perut biasa kemudian makin sakit dan semakin sakit. Jujur jari-jari tangan saya sedikit gemetar, selain karena rasa sakit yang luar biasa, juga karena ruangan ber AC yang membuat saya kedinginan. 
Saya meminta kepada suster agar AC nya dimatikan, namun suster bilang bahwa dokter tidak bisa kalau ruangannya tidak ber AC.

Sakitnya bukaan bukan sakit yang terus menerus sakit, tapi sakit yang datang dan hilang. Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa sakitnya itu perlahan, dimulai dari sakit biasa kemudian semakin sakit, ketika berada di puncak rasa sakit, maka sakitnya perlahan mereda..  
Ketika merasakan sakit yang luar biasa, sampai bibir sudah tidak mampu lagi untuk berkata-kata. Hanya dalam hari saya tak henti berdoa, tak henti beristighfar kepada Allah. 


5. Alhamdulillah suami saya sampai di lokasi

Suami saya sampai di lokasi  saat saya berada di puncak rasa sakit yang luar biasa, ketika sampai suami langsung bergegas menuju ruangan saya, beliau menanyakan bagaimana keadaan saya, sulit bagi saya untuk menjawab meski dengan sepatah kata, karena memang saat itu mungkin bukaan sudah hampir lengkap, jadi rasa sakit memang sudah di puncaknya.

Saya hanya beristighfar dan menyebut nama Allah dalam hati " ya Allah ternyata sesakit ini, kuatkan saya ya Allah". Melihat saya yang kesakitan, suami saya terlihat tidak tega, kemudian beliau menguatkan saya, memberikan semangat lewat kata-kata, memotivasi saya untuk tetap semangat. 


6. Akhirnya bukaan lengkap

Sebenernya saya gak tau udah bukaan lengkap atau belum, tapi yang jelas ada rasa ingin mengejan yang tidak tertahankan. Suster dan dokter tak kunjung datang ke ruangan saya, karena memang di ruang sebelah juga ada pasien yang akan melahirkan. Saya meminta suami saya untuk memanggil suster, gak lama kemudian suster memeriksa saya. 

Suster menyuruh saya untuk tidak mengejan terlebih dahulu, suster terlihat panik dan keluar ruangan. Gak lama kemudian datanglah beberapa suster masuk ke ruangan saya, disusul kemudian dokter, saya langsung ditangani. Dokter mengeluarkan aba-aba untuk mengejan, akhirnya setelah 3 kali mengejan lahirlah anak pertama saya ke dunia. 

Rasa sakit yang luar biasa seketika hilang setelah anak saya lahir, namun ternyata tidak berhenti sampai disitu, saya masih harus merasakan sakit saat dijahit, ya saya mengalami robekan yang cukup banyak sehingga proses menjahit luka agak sedikit lama. 

Setelah semua proses selesai akhirnya saya dipertemukan oleh anak saya, karena saya harus langsung memberikan ASI. Berapa bahagianya hati seorang ibu setelah berjuang melahirkan anaknya ke dunia.

Baca Juga: Ketika Rumah Tanggamu Diuji Bertubi-Tubi

Penutup

Melahirkan memang sakit, tapi percayalah kita mampu untuk melewati itu, sudah terbukti hampir semua ibu pasti mampu untuk melahirkan anaknya ke dunia, meski melahirkan sakitnya luar biasa tapi percayalah kita bisa dan mampu melaluinya, ada Allah yang akan senantiasa memberikan pertolongan kepada kita. Semangat selalu untuk seluruh ibu dan calon ibu, kalian semua memang luar biasa.
Rizky Annisa
Rizky Annisa Assalaamualaikum Hello every one, welcome to my personal blog. Sebelumnya kenalan dulu yuk, nama saya Rizky Annisa, orang-orang biasanya memanggil saya "Anis". Saya merupakan seorang istri sekaligus ibu dari dua jagoan kecil bernama Akbar dan Zehan. Blog ini merupakan media saya untuk sharing banyak hal, tentang dunia parenting, tentang pernikahan, sekedar curhatan dan lain sebagainya. Bagi saya, menulis merupakan aktivitas yang menyenangkan. Sebelum menulis di blog ini, saya terlebih dahulu merupakan Community Writer di salah satu media online yaitu IDN Times. Sampai saat ini saya masih menerbitkan karya saya di IDN Times. Namun pastinya sudah tidak seintens dulu, karena saat ini saya juga mengalola blog pribadi. Harapan saya semoga ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan saya ya. Wassalamualaikum

Posting Komentar untuk "Pengalaman Melahirkan Anak Pertama, Normal Tapi Induksi "